CARA DAPAT UANG ONLINE

>

MAKALAH RASM AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGANYA

RASM  AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGANYA

1.        Pengertian
Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an adalah : tata cara menuliskan Al-Quran yang ditetapkan pada masa kholifah Utsman bin Affan.
Mushhaf Utsman ditulis dengan kaidah-kaidah tertentu.Para ulama meringkas kaidah-kaidah itu menjadi 6 istilah yaitu :


1.      Al-Hadzf
2.      Al-Ziyadah
3.      Al-Hamzah
4.      Al-Badal
5.      Al-Fashl
6.      Al-Washl



A.     AL-Hadzf
Al-Hadzf berarti : membuang, menghilangkan atau meniadakan huruf.
1.      Menghilangkan huruf Alif.
a.       Dari Ya’nida’.misalnya           :يَأَيُّهَا اِلنَّاسُ
b.      Dari Na’ Tanbih.misalnya       :هَأَنْتُمْ
c.       Dari kata Na ( نَا(misalnya       :أَنْجَيْنَكُمْ
d.      Dari lafazd jalalah (الله)
e.       Dari dua kata الرَّحْمَنُdanسُبْحَنَ
2.      Menghilangkan huruf Ya’
Huruf Ya’(ي ) dibuang dari setiap manqush munawwan baik berharakat rafa’ maupun jar.misalnya : غَيْرَبَاغٍ وَلاَعَادٍ...Termasuk yang dihilangkan huruf ya’ nya kataفَارْهَبُةْنِ ، خَافُوْنِ ، اِتْقُوْنِ ، اَطِيْعُوْنَ dan  فَأَرْسِكُوْنِ
3.      Menghilangkan huruf wawu
Huruf wawu (و  )apabila terletak bergandengan.Misalnya :
لاَيَسْتَوُنَ  dan  فَأوااِلىَ
4.      Menghilangkan huruf lam ( )
Huruf lam dihilangkan apabila dalam keadaan idgham.Misalnya :
اَلَّيْلُ dan اَلَّذِىkecuali yang dianggap eksepsi(yang dikecualikan)
B.       AL-Ziyadah
Ziyadah berarti : penambahan
Kata yang ditambah hurufnya dalam Rasm Utsmani adalah alif, ya dan wawu.
1.      Menambah huruf Alif.
a.       Menambah huruf alif setelah wawu pada akhir setiap Isim jama’ atau yang mempunyai hukum jama’, misalnya :
مُلاَقُوْارَبِّهِمْ ، اُوْلُوْا الالْبَابَ    dan بَنُوْااِسْرَائِيْلَ
b.      Menambah huruf alif setelah hamzah marsumah wawu (hamzah yang terletak di tas tulisan wawu), misalnya :
تَاللهِ تَفْتَؤُا    dan تَاللهِ تَفْتَأُ
c.       Menambah huruf ya’ (  ي  ) pada kalimat  وَاِيْتَايْ ذِى القُرْبَى

C.      Kaidah Hamzah
Apabila hamzah berharakat, maka ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, misalnyaاُؤْتُمِنَ ، اِئْذَنْkecuali ada beberapa kata yang dikecualikan.
·           Adapun hamzah ( ء ) yang berharkat, maka jika berada di awal kata, dan bersambung dengan hamzah huruf tambahan, mutlak harus ditulis dengan alif, dalam keadaan berharakat fathah dan kasroh. Misalnya :
فَبِأَيِّ ، سَأُمِرَّفَ ، أُولُو ، اَيُّوْبَkecuali beberapa kata yang dikecualikan

·           Adapun apabila hamzah ( ء ) terletak di tengah, maka ia ditulis sesuai dengan huruf harakatnya, kalau fathah dengan alif, kalau kasroh dengan ya dan kalau dhummah dengan wawu. Misalnya :
سَأَلَ ، سُئِلَ    dan تَقْـرَؤُهُ

·           Tetapi, apabila huruf yang sebelum hamzah itu sukun, maka tidak ada tambahan. Misalnya :مِلْءُالاَرْضِ    dan الخَبَءَ



D.      Badal
1.      Huruf alif dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصَّلوةَ dan   الزَّكوةَ    serta   الحَيوةَ  kecuali yang dikecualikan.
2.      Huruf alif dengan ya  (ي  )  pada kata-kata berikut :
أَنَّى ، عَلىَ ، إِلىَ yang berarti كَيْفَ   (bagaimana) حَتَّى ، بَلىَ ، مَتَى  dan لَدَي
3.      Huruf alif diganti dengan nun taukid khafifah pada kata اَذن
4.      Huruf Ha’ Ta’nits (    ة) dengan huruf ta’maftuhah pada kata :رَحْمَتُ Dalam surah Al-Baqarah, Al-A’raf.

E.       Washal dan Fashal
Washal artinya : menyambung.
Yang dimaksud disini adalah :   metode penyambungan kata (penyambungan dua huruf) yang mengakibatkan hilang atau dibuangnya huruf tertentu.
1.      Bila (أَنْ) (dengan harakat fathah pada hamzah-nya) disusul dengan la (لا), maka penulisannya bersambung dengan menghilangkan huruf nun. Misalnya اَلاَّ, tidak ditulis .اَنْ لاَ  Kecuali pada kalimat اَنْ لاَتَقُوْلُوْا
2.      Min ( مِنْ ) yang bersambung dengan maa (مَا) penulisannya disambung dan huruf nun pada min-nya tidak ditulis. Misalnya : مِمَّا

F.       Kata yang bisa dibaca dua bunyi
Suatu kata/kalimat yang boleh dibaca dua bunyi, penulisannya disesuaikan dengan salah satu bunyinya.Di dalam Mushaf Utsmani, penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif.Misalnya :ملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِdan يَخْدَعُوْنَ Ayat-ayat ini boleh dibaca 2 alif atau satu alif.
Demikianlah kaidah yang ditetapkan untuk penulisan Mushaf Utsmani



Di dalam bahasa Arab dikenal 3 macam metode (cara) penulisan
1.    Penulisan Mushaf Utsmani
2.    Penulisan Aradl yaitu : ilmu-ilmu untuk menimbang syair-syair / semua bunyi didivisualisasikan (dipraktekkan) dalam bentuk huruf.
3.    Penulisan biasa (pada cara menulis yang biasa dipakai sehari-hari).

Babak Lanjutan Rasm Utsmani
Ketika ditulis oleh Panitia empat (terdiri dari tiga orang Quraisy yakni Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Al-Ash dan Abd Al Rahman bin al-Harist, dan satu Anshar yaitu Zaid bin Tsabit), Mushaf Utsman masih belum bertitik dan bersyakl atau baris.
-       Abu al-Aswad yang banyak dijagokan sebagai peletak titik dan harakat mushaf pertama (lahir di Bashrah 45 H).
-       Ubaidillah bin Zayyad (wafat 67 H). Tokoh ini memerintahkan seorang pria asal Persia meletakkan huruf Alif pada kata yang berdasarkan Rasm Utsmaniy justru dibuang. Misalnya مَلاَئِكَةْ  Yang dalam Rasm Utsmaniy ditulis مَلئِكَةٌ
-       Nama lainnya yang juga disebut adalah : Al-Hajjaj bin Yusuf al Tsaqfiy (wafat 95 H). Tokoh ini disebut belakangan ini, konon “merehab” Rasm Al-Qur’an di 11 tempat. Setelah Rasm Al-Qur’an direhab Al-Hajjaj menurut Abu Daud, orang lebih mudah membaca dan memahami Al-Qur’an.

Kecuali nama-nama di atas, masih terdapat nama lain, yaitu Yahya bin Ya’mur dan Nashr bin ‘Ashim al-Lahsi. Kedua nama yang terakhir ini menurut Syekh Abu Abdullah Zanjani adalah murid Abu al-Aswad.
-       Abu al-Aswad kemudian memerintahkan juru tulis dari Kabilah Qais itu mengambil Mushaf dan zat pewarna, selanjutnya Abu Aswad berpesan kepada stafnya itu : “Jika kau lihat bibirku terbuka lebar waktu menyebut huruf bersuara  a (fathah) letakkanlah satu titik di atasnya. Dan jika kedua bibirku agak terkatup (bersuara i) letakkanlah satu titik dibawahnya. Jika bibirku mencuat kemuka (bersuara u) letakkanlah titik di tengah huruf. Dan jika bunyi suaraku dengung (ghunnah), letakkanlah dua titik di atasnya”. Setelah itu Abu al-Aswad dengan perlahan membaca Al-Qur’an, sementara itu juru tulisnya sibuk bekerja sesuai perintah Abu Aswad.
-       Apabila mereka mendapatkan salah satu huruf halq, mereka meletakkan salah satu titik lebih tinggi daripada yang lain, sebagai tanda suara ن) jelas, jika tidak jelas mereka meletakkan disamping, sebagai tanda apabila suara (  ن) tidak terdengar (atau bersembunyi).
Ucapan Imam Nawawiy, yang bernama lengkap Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawiy (wafat 676 H) boleh dibilang suatu terobosan baru. Pengarang kitab Syarh Shahih Muslim ini bukan saja membolehkan peletakkan titik pada Mushaf, ia malahan mengagap, memasang titik dan harakat (syakl) mushaf hukumnya mushtahab atau sunah, berarti mengupayakan Al-Qur’an terbebas dari apa yang ia sebut Tahrif  yakni penyimpangan atau kesalahan.
Hal yang pada mulanya dianggap bidah dhalallah adalah : tanda-tanda pembatas ayat yang disertai nomer ayat, akhirnya menjebol dokstrin bid’ah itu menjadi sesuatu mudah.
Pro kontra tanda baca Al-Qur’an, menurut Shubhiy shalih, baru boleh dibilang tuntas pada akhir-akhir abad IV Hijrah.

Pencetakan Al-Qur’an
Sebelum berkenalan dengan pencetakan, mushhaf-mushhaf ditulis dengan tangan, Al-Qur’an cetakan pertama kali muncul di Bunduqiyah tahun 1530 M. Tetapi begitu lahir, penguasa gereja mengeluarkan perintah pemusnahan kitab suci Agama Islam itu. Dan baru lahir lagi cetakan selanjutnya atas usaha seorang Jerman bernama Hinkelmann pada tahun 1694 M di Hamburg.Disusul kemudian oleh Marracci yang menerbitkan lagi Al-Qur’an tahun 1698 di Padouse.Sayangnya, tak satupun dari Al-Qur’an cetakan pertama, kedua maupun ketiga itu yang tersisa di dunia Islam, dan sayangnya pula perintis penerbitan Al-Qur’an pertama itu dari kalangan bukan Muslim.
Penerbitan Al-Qur’an dengan label Islam baru lahir pada tahun 1787 yang menerbitkannya adalah Maulana Utsman. Dan Mushhaf cetakan itu lahir di                    St. Peterbourg Rusia, Lening Rad, Unisoviet sekarang.Lahir lagi kemudian mushhaf cetakan di Kazan. Kemudian terbit lagi di Iran tahun 1248 H / 1828 M, negeri Persia menerbitkan Mushaf cetakan di kota Teheran, 5 tahun kemudian yakni tahun 1833M, terbit lagi mushhaf cetakan di Tabriz. Setelah 2 kali diterbitkan di Iran, setahun kemudian (1834) terbit lagi mushhaf cetakan di Leipzig Jerman.
Di Negara Arab, Raja Fuad dari Mesir membentuk panitia khusus penerbit   Al-Qur’an di perempatan pertama abad ke-20. Panitia yang dimotori oleh para syekh Al-Azhar itu tahun 1342 H, 1923 M berhasil menerbitkan Mushhf Al-Qur’an cetakan bagus. Mushhaf yang pertama terbit di Negara Arab itu, di Dlabit sesuai dengan riwayat Hafsh atas qiraat Ashim.Sejak itu, berjuta-juta mushhaf dicetak di Mesir dan di berbagai Negara.

Tentang Kehebatan Rasm Utsmaniy
Istilah Rasm Utsmaniy lahir bersama dengan lahirnya mushhaf utsman, yaitu mushhaf yang ditulis oleh “Panitia Empat” yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash dan Abd l-Rahman bin al-Harits. Sejak itu tertancap sebuah patok yang disebut kaidah Rasm Utsmaniy.Cara-cara penulisan yang ditetapkan untuk menulis Mushhaf Utsmaniy inilah yang menyebar keberbagai pelosok dunia Islam.Dan, bahkan Al-Qur’an yang diterbitkan secara resmi oleh Republik Islam Iran yang bermazhab syiah pun menggunakan mushhaf ini. Populantas mushhaf utsmaniy sampai pada tingkat melahirkan suatu keyakinan bahwa tata cara menulis mushhaf ini sebagai tauqifiyyang bukan produk budaya manusia, tapi sesuatu yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah yang nabi sendiri pun tak punya. Otoritas untuk meyakininya, mengapa tidak ? Bukankah Al-Qur’an sendiri mengatakan bahwa Rasulullah adalah seorang ummiy yang tidak bisa baca tulis ?Tetapi ada sebuah riwayat yang menyatakan pesan nabi SAW kepada Mu’awiyah.
Pesan itu berbunyi :
اَلْقِ الدَّوَاةَ وَحَرِّفْ القَلَمِ وَاَنْصَبْ البَاءَ وَفَرِّقْ السِّيْنَ وَلاَ تُعَوِّرْ المِيْمَ وَحَسِّنِ اللهَ وَمُدَّ الرَّحْمنَ وَجَوِّدِ الرَّحِيْمَ وَضَعْ قَلَمَكَ عَلىَ اُذُنِكَ اليُسْرَى فَاِنَّهُ اَذْكَرُ لَكَ .
(Letakkanlah tinta, pegang pena baik-baik, luruskan huruf Ba’ bedakan sin. Jangan butakan mim dan buat baguslah (tulisan) Allah.Panjangkan Al-Rahman dan buat baguslah Al-Rahim. Lalu letakkanlah kalammu di atas telinga kirimu, karena itu akan membuatmu lebih ingat).
Mungkin atas dasar riwayat mengenai Nabi dan muawiyah yang bisa ditemui di dalam kitab Al-Irfan fi ‘ulum Al-Qur’an inilah Ibnu al-Mubarrak mengatakan : “Sahabat, juga yang lainnya sama sekali tk campur tangan dalam urusan Rasm mushhaf, sebesar sehelai rambut sekalipun. Itu adalah taufiq dari Nabi.Beliaulah yang menyuruh mereka menulisnya seperti dalam bentuknya yang dikenal, dengan menambahkan Alif dan menghilangkannya lantaran rahasia yang tidak bisa dijangkau oleh akal”.
Setelah “mensakralkan” penulisan mushhaf utsmniy dengan panjang lebar Ibnu al-Mubarak mengajak menoleh bukti keluarbiasaan Rasm utsmniy, dengan itu Mubarak bertanya tentang kehebatan Rasm itu sambil menunjukkan ketidakberdayaan akal menjangkaunya, “Bagaimana mungkin akal dapat menjangkau rahasia penambahan huruf alif pada kata مِائَة (mi’ah) sementara untuk kata فِئَة (Fi’ah) tidak ?
Setelah itu, Ibnu al-Mubarak menunjuk lagi bukti kehebatan Rasm utsmaniy yang tak terjangkau akal manusia itu. Misalnya penambahan huruf ( ي ) (ya’) pada kata بِاَيْدٍ(bi-ayydin) dan بِأَيِّكُمْ (biayyikum).
Rahasia ditambahnya huruf ya’ pada kata بِاَيِّيْدٍ (bi-ayyidin) yang berarti dengan tangan oleh zarqaniy ditafsirkan untuk membuktikan kemahahebatan kekuasaan Allah yang dengannya.Dia membangun langit.Bahwasannya kekuasaan-Nya tak tertandingi oleh kekuatan manapun.





DAFTAR PUSTAKA


Marzuki, Kamalududdin, ‘Ulum Al-Qu’an, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1992.









0 Response to " MAKALAH RASM AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGANYA"

APLIKASI PENGHASIL UANG

>