Sejarah Perang obor Di Jepara
P
|
ada
sekitar abad XVI, konon di tegal sambi tinggal seorang petani yang sangat kaya
bernama ki babadan. Ia seorang petani yang ulet,rajin dan pekerja keras. Ia
memiliki sawah yang luas dan hasilnya sangat melimpah. Ia kemudian
mengembangkan usahanya kebidang peternakan. Dari pertanianya, ia membeli kerbau
dan sapi yang sangat banyak.
Karena tidak dapat mengembalakan sendiri ia kemudian mencari orang
yang mau dipekerjakan untuk merawat sapi dan kerbaunya. Kebetulan di desa itu
ada seorang yang bernama ki gemblong.ia kemudian di beri kepercayaan untuk
mengembalakan ternaknya . pada awalnya ki gemblong melaksanakan tugas dengan
baik sehingga sapi dan kerbau milik ki babadan dapat terawat dengan baik dan
berkembang.
Namun ketika ki gemblong menemukan banyak sekali ikan dan udang di
sawah dan sungai sekitar tempat pengembalaanya ia mulai tertarik. Lama-kelamaan
ki gemblong mulai mengabaikan hewan piaraanya. Ia mulai menelantarkan kerbau
dan sapi yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga hewan itu menjadi kurus dan
penyakitan. Bahkan ada yang mati.
Ki gemblong tidak lagi memperdulikan apakah sapi dan kerbau yang di
gembalakanya memperoleh makanan dan minuman yang cukup atau tidak .demikian
juga ia tidak mau untuk membersihkan dan
memandikan ternak-ternak yang di gembalakanya itu oleh sebab itu tidak
mengherankan jika ternak milik ki babadan menjadi kurus kering dan sakit
–sakitan pada awalnya memang ki gemblong
menyambunyikan keaaan itu. Namun pada ahirnya ki babadan pun mengetahui keadaan
sapid an kerbaunya .ia menjadi marah ketika melihat ahwa kondisi ternak miliknya yang kurus dan sakit-sakitan karena
keteledoran yang di sengaja oleh ki gemblong.
Oleh karena kemarahanya yang memuncak maka kiai babadan menghajar
ki gemblong menggunakan obor dari pelepah kelapa. Menerima perlakuan demikian
ki gemblong teryata tidak tinggal diam. Ia juga mengambil pelepah daun kelapa
untuk selanjutya dinyalakan sebagai obor untuk melawan ki babadan.dengan
demikian terjadinya pertarungan atau perang obor antara ki babadan dan ki
gemblong. Pertarungan ini makin lama bukan semakin mereda tetapi justru
sebaliknya bertambah seru. Percikan api yang di timbulkan semakin besar dan
mengakibatkan terbakarnya kandang sapid an kerbau.akibatnya kerbau dan sapi
yang ada dikandangpun lari tunggang langgang ketakutan.
Namun aneh sekali saat terkena percikan api, ternak yang semula
penyakitan malah menjadi sembuh. Setelah mengetahui kenyataan itu mereka berduapun akirnya menghentikan
perkelahian mereka. Mereka kemudian mengumpulkan kembali sapi itu, membuatkan
kandang yang lebih baik.
Berdasarkan tradisi lisan yang berkembanag dikalangan masyarakat
tegal sambi, sejak itu anak cucu kiai babadan dan I gemblong lalu melakukan upacara
perang obor di tegal sambi untuk mengenang kedua tokoh tersebut.upacara perang
obor ini sekaligus dimaksudkan untuk mengusir segala roh jahat yang
mendatangkan penyakit dan mengganggu penduduk tegal sambi.
Upacara ini kemudian dilengkapi dengan pagelaran wayang kulit. Juga
ada prosesi mengarak dua pusaka yaitu dua buah pedang yaitu pedang gendir dan
pedang gampang serta sebuah bedug dobol, yang di percayai sebagai warisan sunan
kalijaga kepada dua orang kebayanleger tegal sambi waktu itu.kedua pedang kayu
itu knon meruakan serpihan kayu potongan reng yang di pakai membangun masjid
demak. Pusaka ini disimpan oleh petinggi dan dua kebayan leger.
Sedangkan obor pada upacara tradisional ini adalah gulungan dua
atau tiga pelepah klapa yang sudah kering dan bagian dalamnya diisi dengan daun
pisang kering yang dalam bahasa jawa disebut kelaras. Obor yang telah tersedia
dinyalakan bersama untuk di gunakan sebagai alat untuk saling menyerang
sehingga terjadi benturan obor yang dapat mengakibatkan pijaran api yang besar
yang ahirnya masyarakat menyebutnya dengan istilah perang obor.
Upacara tradisional perang
oboryang di adakan setiap setahun sekali, yang jatuh pada hari senin
pahing malam selasa pon bulan besar atau dzulhijah. Acara ritual ini diadakan
atas dasar kepercaan masyarakat desa tegal sambi
terhadap peristiwa pada masa lampau yang terjadi di desa tersebut yaitu tentang
peperangan ki babadan dan ki gemblong.
Tradisi perang obor merupakan ungkapan rasa terimakasih masyarakat
tegal sambi kepada tuhan yang telah member rezeki kepada masyarakat desa tegal
sambi melalui hasil pertanian dan juga usaha yang lain. Biasanya upacara
ini dilakukan pada bulan zulhijah,tepat malam selasa pon.
Sebelum acara perang obor di mulai, terlebih dahulu diadakan
selamatan di tujuh tempat yang dikeramatkan masyarakat tegal sambi.
Setelah itu dilakukan penyembelihan kerbau jantan muda yang belum pernah
dipakai untuk membajak. Penyembelihan itu dilakukan di rumah petinggi dan
biasanya dilakukan oleh kebayan leger desa ini. Sedangkan sesajen di taruh di
sebuah kendil yang terdiri dari darah kerbau, jeroan dan daging yang sudah di masak. Sesaji ini di
peruntukkan bagi para danyang yang dipercayai ikut menjaga keselamatan desa
tegal sambi.
Sebelum api obor disulut ,petinggi tegal sambi
diarak oleh kurang-lebih 50 pasukan obor. Prosesi ini di mulai dari rumah
petinggi hingga kepusat upacara di perempatan jalan tengah desa. Petinggi
mengenakan pakaian adat jawa diapit pawing api dan sesepuh desa.tepat pukul
20.00 upacara perang obor dimulai. Para peserta memakai seragam kusus,
bersepatu dan bertutup kepala. Doa-doa memohon keselamatan kepada allah dan
juga ijn dari danyang pun dilakukan. Kemenyan di bakar kemudian diiringi
gending kebo giro, sebanyak 50 orang dari empat jurusan di jalan desa tegal
sambi berjalan menuju ke perempatan jalan. Mereka sejenak berdiri saling
berhadapan dalam kondisi obor telah dinyalakan.
Tibalah saat ritual perang obor. Tiba-tiba dengan suara keras
seorang pemimpin pasukan berteriak, serang… mendengar teriakan itu, anggota
pasukan lari dari epat arah berlawanan di perempatan jalan.mereka bertemu di tengah
dan langsung saling hajar. Api yang berkobar di ujung obor mereka arahkan ke
kepala lawanya. Upacara berlangsung bukan hanya di perempatan desa tetapi juga
di sepanjang jalan perempatan. Diiringi
sorak-sorak dan jerit ketakutan para peonton, mereka saling pikul dengan obor
selama hamper satu jam.percikan bunga api perang obor ini menjadi pemandangan
yang begitu magis.
Sesuai upacara perang obor pasukan perang obor langsung menuju rumah
petinggi tegal sambi. Diantara merka dipastikan ada yang luka karena terbakar. Namun
mereka tidak mengeluh atau merasa kesakitan. Sebab mereka tahu bahwa secara
turun temurun pengobatan luka bakar karena perang obor dapat dilakukan oleh
istri petinggi dengan cara mengoleskan minyak londoh pada bagian yang luka.
Anehnya, luka ini langsung sembuh seketika.
Secara turun temurun setiap malam jum’at, petinggi tegal sambi dan
dua kebayan leger selalu mengadakan ritual doa untuk keselamatan masyarakat di
desa tersebut. Do’a tersebut dilakukan secara rutin dan sungguh-sungguh dalam
ritual ini menggunakan sesaji kembang telon dengan tekun petinggi tegal sambi
mengumpulkan bunga yang kering dan di simpan di sebuah tempat khusus.
Jika waktu prosesi perang obor tiba, bunga kering ini kemudian
dicampur dengan minyak kelapa dengan disertai do’a dan laku khusus. Minyak
inilah yang kemudian dikenal sebagai minyak londoh minyak londoh ini oleh
masyarakat semtempat ini di pandang sebagai keajaiban dari do’a yang tulus
kepada Allah.
SEJARAH PERANG OBOR JEPARA
SEJARAH PERANG OBOR JEPARA
0 Response to "Sejarah Tradisi Perang Obor di Jepara"
Catat Ulasan