CARA DAPAT UANG ONLINE

>

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PERKEMANGAN PSILKOLOGI MASA ANAK-ANAK DAN MANULA

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PERKEMANGAN PSILKOLOGI MASA ANAK-ANAK DAN MANULA

Pengertian Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.

Ciri-Ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di duia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Periode ini digambarkan dalam hadis sebagai berikut :
Masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun. (HR. Muslim dan Nas’i).

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa :
Mereka berkata : Ya Rasulullah, berapakah ketetapan umur-umur umatmu? Jawab beliau : Saat kematian mereka (pada umumnya) antara usia enam puluh tahun dan tujuh puluh. Meraka bertanya lagi : Ya Rasulullah, bagaimana dengan umur delapan puluh? Jawab beliau, sedikit sekali umatku yang dapat mencapainya. Semoga Allah merahmati orag-orang yang mencapai umur delapan puluh.(HR. Hudzaifah Ibn Yamani).
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak, dalam Al-Qur’an juga telah diterangkan dalam surat An-Nahl ayat 70 yaitu :
Artinya: Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. An –Nahl ayat 70)
Dalam ayat yang lain juga di jelaskan mengenai tahapan-tahapan yang berkaitan dengan perkembangan seorang lanjut usia yaitu :
Artinya : Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) (QS.Al-Mukmin ayat 60 )
Berkaitan dengan berbagai penurunan yang terjadi di usia tua, Nabi Muhammad Saw pernah berdo’a kepada Allah : “Dan aku berlindung kepada-Mu dari usia yang paling hina (tua renta)”.Namun orang yang bermal baik tidak akan menyesali umurnya yang panjang”.Sebagaimana diterangkan dalam hadis :
Sebaik-baiknya kamu ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalanya” (HR.At-Tirmizdhi)
Diterangkan juga dalam hadis yang lain : “ Berubannya rambut seorang Muslim merupakan nur baginya”(HR. Ath-Tirmizdhi dan Nasa’i)
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis tertentu.

Perubahan yang terjadi pada lansia
Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar.Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal.Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf.Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy pada otak spinal cord.Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang.Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh.Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang.Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas.Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang.Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.

Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi.Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan.Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.

Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.
Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya.Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku emosional mereka.

Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan  penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
1.Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius.
2.Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.
3.Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya.
4.Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5.Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.

5.Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).

6. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.

7. Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.

A.Pengertian Usia Lanjut
Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan dikenal sebagai “snecsence” yaitu masa proses menjadi tua. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh daripada periode terdahulu.
Usia enampuluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Tahap terakhir dari rentang kehidupan sering dibagi menjadi usia lanjut dini, yang berkisar usia enampuluhan sampai tujuhpuluh tahunan. Dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuhpulahanan sampai akhir kehidupan seseorang (Hurlock,1980:380)

Lanjut usia juga merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Periode ini digambarkan dalam hadis sebagai berikut : Masa penuaan umur umatku adalah enam puluh hingga tujuh puluh tahun. (HR. Muslim dan Nas’i).

B.Ciri-ciri Usia Lanjut

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :

a.Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

b.Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

c.Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d.Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

e.Perubahan secara fisik
Proses penuaan yang trjadi pada masa ini adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ tubuh misalnya, pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endoktrin.

C.Sikap Keberagamaan usia Lanjut

Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini, William James mengatakan bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. (Robert H Thouless:107). Seiring dengan meningkatnya usia, orang pada masa dewasa lanjut tidak sulit mengikuti agama dan melakukan kunjungan ke tempat ibadah (untuk beribadah, seperti ke masjid), mengunjungi para ulama.

Ketertarikan terhadap agama sering dipusatkan pada masalah kematian yang menjdi sesuatu yang bersifat pribadi. Dan menurunnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan di masjid pada usia lanjut tidak ada minat adalah lebih sedikit daripada faktor lain seperti kesehatan memburuk atau perasaan tidak dibutuhkan oleh anggota organisasi masjid yang lebih muda.William James mengemukakan bahwa “umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia tua, ketika gejolak kemampuan seksual berakhir”.

Secara garis besarnya ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kematangan
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat luhur
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya
6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya akhirat.

D.Permasalahan Keberagamaan pada Usia Lanjut

Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga lagi, karena dari fisik dan tenaganya sudah berkurang sehingga tidak mampu lagi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang biasa mereka lakukan sewaktu usia dewasa.
Tugas-tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan
1.      Tugas-tugas perkembangan pada usia bayi & kanak-kanak (0-6 tahun)
·         Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9-15 bulan, pada usia ini tulang kaki,otot & susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan
·         Belajar memakan makanan padat, hal ini terjadi pada tahun ke 2, sistem alat-alat pencernaan makanan & alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
·         Belajar berbicara: mengeluarkan suara yang berarti & menyampaikannya kepada orang lain dengan perantaraan suara itu yang memerlukan kematangan otot-otot & syaraf dari alat-alat berbicara
·         Belajar buang air & buang air besar sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat mengatasi(menahan) pepsi karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan kebersihan terhadap anak usia dibawah 4 tahun, cukup dengan pembiasaan saja yaitu setiap kali mau buang air, bawalah anak ke WC
·         Memberikan konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial & alam untuk mencapai kemampuan tersebut (mengenal pengertian-pengertian) diperlukan kematangan sistem syaraf, pengalaman & bimbingan dari orang dewasa.
·         Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara & orang lain
·         Belajar bersikap dalam keseharian

Anak dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kesenangan dianggapnya baik & penderitaan dianggapnya buruk, dengan bertambahnya usia, ia harus belajar pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah, sebab sebagai makhluk sosial (bermasyarakat) manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri saja tapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pengertian baik dan buruk, benar dan salah dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya.

2.      Tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah (6-12 tahun)
·         Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan melalui pertumbuhan fisik & otak, anak belajar & berlari semakin stabil, makin mantap & cepat. Pada masa sekolah, anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi dan permainan-permainan ringan seperti sepak bola, loncat tali, berenang dll
·         Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat tugas ini : (1)mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri & kesehatan, (2)mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif
·         Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan & situasi yang baru serta teman-teman sebayanya
·         Belajar memainkan peranan sesuai dengan genjer
·         Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
·         Belajar mengembangkan konsep sehari-hari, ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan)
·         Mengembangkan kata hati, hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama.
·         Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga
Pada usia anak, ada beberapa bentuk tingkah laku sosial anak yaitu:
1.      Pembangkangan (negativisme) : suatu bentuk tingkah laku melawan, tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin/tuntutan ortu/lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada kira-kira 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 3 tahun. Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usia ini dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia 4 tahun biasanya tingkah ini mulai menurun. Antara usia 4-6 tahun sikap membangkan/melawan secara verbal (menggunakan kata-kata) sikap ortu terhadap tingkah laku melawan pada usia ini, seyogyanya tidak memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala/sebutan yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya ortu mau memahami tentang proses perkembangan anak yaitu bahwa secara naluriah anak itu memiliki dorongan untuk berkembang dari posisi (dependent) ke posisi independent. Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.
2.      Agresi (agression): perilaku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata, agresi ini = salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginannya) yang dialaminya. Seperti memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. Ortu yang menghukum anak yang agresif menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Maka sebaiknya ortu berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan/sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak membahayakan keselamatannya)/upaya lain yang bisa meredam agresivitas anak tersebut.
3.      Berselisih/bertangkar (quarreling) terjadi bila seorang anak merasa tersinggung/terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain seperti: diganggu pada saat mengerjakan sesuatu/direbut barang/mainannya
4.      Menggoda (teasing): sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif, menggod merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan/cemoohan) sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.
5.      Persaingan (revatly) : keinginan untuk melebihi orang lain, dan selalu didorong (distimulusi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia 4 tahun yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan lebih baik
6.      Kerjasama (cooperation): sikap mau bekerjasama dengan kelompok. Anak yang berusia 2/3 tahun belum berkembang sikap bekerjasamanya, mereka masih kuat sikal ‘self-centered’-nya. Mulai usia 3 tahun akhir/ 4 tahun, anak sudah mulai menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia 6/ 7 tahun, sikap kerjasama ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi, pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan temannya
7.      Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), sejenis tingkah laku untuk untuk menguasai situasi sosial, mendominasi/bersikap “bossiness”. Wujud dari tingkah laku ini, seperti : meminta, menyuruh & mengancam/memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
8.      Mementingkan diri sendiri (selfishness) : sikap egosentris dalam memenuhi interest/keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya & apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit/ marah-marah.
9.      Simpati (sympaty): sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati/bekerja sama dengan seiring bertambahnya usia anak mulai dapat mengurangi sikap ‘selfish’nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

Lingkungan sosial yang kurang kondusif seperti perlakuan ortu yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaran/pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma baik agama/tata krama/budi pekerti, cenderung menampilkan perilaku seperti dibawah ini :
1.      Bersifat minder
2.      Senang mendominasi orang lain
3.      Bersifat egois/selfish
4.      Senang mengisolasi diri /menyendiri
5.      Kurang memiliki perasaan tenggang rasa
6.      Kurang mempedulikan norma dalam berperilaku

 PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PERKEMANGAN PSILKOLOGI MASA ANAK-ANAK DAN MANULA

0 Response to " PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PERKEMANGAN PSILKOLOGI MASA ANAK-ANAK DAN MANULA"

APLIKASI PENGHASIL UANG

>